Suatu ketika Malik al Dinar berkunjung ke tempat Rabiah dan
menyaksikan kendi yang dimilikinya pecah,padahal kendi tersebut sering
digunakan untuk minum dan wuduk.Terdapat juga sepotong kayu dan beberapa
batu-bata yang kadangkala dipakai sebagai bantal.Hatinya merasa sedih
melihatnya.
“Aku mempunyai seorang kawan yang kaya,”kata Malik kepada
Rabiah. “Jika engkau mahu, aku akan
meminta sesuatu darinya untukmu.”
“Malik, engkau telah mengikuti perasaan sedih yang
keliru.Bukankah Pemberiku dan Pemberi mereka itu sama?” Tanya Rabiah.
“Ya,” jawab Malik.
“Lalu, apakah Dia lupa kepada orang miskin, sehingga mereka
jadi miskin? Dan apakah Dia sentiasa ingat kepada orang kaya sehingga mereka
menjadi kaya?” Tanya Rabiah.
“Tidak,” jawab Malik.
“Kalau begitu,” lanjut Rabiah, “kerana Dia tahu keadaanku,
bagaimana mungkin aku mengabaikanNya?Keadaan ini adalah atas kehendakNya.Dan
aku pun inginkan apa yang Dia inginkan.”
Menjelang kewafatan Rabiah, para penziarah meninggalkan
ruangan tempat ibadahnya dan menutup pintu. Lalu terdengar suara, “Wahai jiwa
yang tenteram!Kembalilah kepada TuhanMu dengan hati yang puas..”
Setelah itu, tidak terdengar suara lagi dari ruangan
itu.Kemudian para penziarah tadi segera membuka pintu, dan menjumpai Rabiah
telah meninggal dunia.Setelah kematiannya, ada orang melihatnya dalam mimpi.Ia
bertanya kepada Rabiah,” Bagaimana engkau menghadapi malaikat Munkar dan
Nakir?,”
Rabiah menjawab, “Mereka datang kepadaku dan bertanya, siapa
Tuhanku.Aku menjawab, kembalilah kepada Tuhan dan katakan, Engkau tentu tidak
lupa kepada seorang wanita tua lagi lemah. Sewaktu ada di dunia, aku hanya
memiliki Engkau,tidak pernah melupakan Engkau. Jadi, perlukah Engkau mengirim
utusan untuk bertanya siapa Tuhanku?”
No comments:
Post a Comment